Sharing yuck . . .
Jumat, 17 Juli 2009
Biografi The Clash
"In 1977 I hope I go to heaven 'Cos I been too long on the dole and I can't work at all.
Danger stranger You better paint your face No Elvis, Beatles or the Rolling Stones".
(1977 - Strummer/Jones)
The Clash muncul dari ledakan punk Inggris tahun 1977. Dalam waktu singkat, mereka
membuktikan diri sebagai band punk terbaik. Kemampuan skill mereka mengarahkan mereka ke
pembuatan album dengan berbagai genre musik dari punk, hard rock, rockabilly sampai ke
reggae dan ska. Berbeda dengan lirik Ramones yang sederhana dan lirik Sex Pistols yang
nihilistis, lirik The Clash menunjukkan kematangan politik yang luas. Disertai aksi
panggung yang intensif, The Clash menjadi satu-satunya band punk Inggris yang menaklukkan
Amerika dan merubah gaya hidup dan mode satu generasi. Tidak mengherankan pada era akhir
1970an dan awal 1980an, The Clash disambut media sebagai band terhebat dunia. Band-band
dari U2 dan R.E.M. sampai ke Green Day dan Sum 41 menyatakan The Clash merupakan sumber
pengaruh atas musik mereka.
Grup ini dibentuk di London tahun 1976 dan terdiri dari Joe Strummer pada vokal dan rhythm
guitar, Mick Jones pada vokal dan lead guitar, Keith Levene pada lead guitar, Paul Simonon
pada bass dan vokal dan Terry Chimes (atau Tory Crimes) pada drum. Joe Strummer sebelumnya
bermain dalam band pub rock The 101er, sedangkan Mick Jones dan Paul Simonon bermain di
band proto-punk London SS. Atas imbauan manager Bernie Rhodes, maka Mick Jones, Keith
Levene dan Paul Simonon menemui Joe Strummer sehabis gig dan mengajak dia bergabung dengan
mengatakan, “Anda hebat tetapi band anda loyo.” Strummer setuju untuk bergabung.
Nama The Clash disarankan Paul Simonon karena merupakan kata yang sering muncul di koran.
Setelah dibentuk, Keith Levene meninggalkan The Clash setelah beberapa gig sebelum band
membuat rekaman dengan alasan yang tidak jelas. Dia di kemudian hari bergabung dengan
Public Image Ltd.
Gig pertama diadakan tahun 1976 dengan mendukung Sex Pistols. Setelah itu, The Clash
bergabung ke CBS. CBS rilis single pertama “White Riot” dan album pertama The Clash pada
tahun 1977 di UK dengan kesuksesan yang lumayan. Pada awalnya, CBS tidak berencana merilis
album tersebut di AS, namun setelah The Clash versi UK menjadi album impor terlaris
sepanjang masa di AS, mereka pun rilis album tersebut dalam versi AS pada tahun 1979.
Setelah album pertama, drummer Terry Chimes diganti Nick “Topper” Headon, seorang drummer
handal. Headon sebelumnya hanya ingin bermain sementara dengan The Clash sebelum menemukan
grup yang lebih baik. Namun tidak lama kemudian, potensi besar band ini terlihat dan
Headon pun menetap hingga 1982, sebuah periode yang paling kreatif dan sukses bagi The
Clash. Album kedua, Give ‘Em Enough Rope yang diproduksi Sandy Pearlman, merupakan album
pertama The Clash dengan Headon. Pearlman yang juga produser Blue Oyster Cult sangat
terkesan oleh ketepatan ritme Headon dan menyebutkannya sebagai “The Human Drum Machine”.
Rope dirilis 1978 dan langsung mencapai no 2 di chart UK namun gagal masuk ke top 100 AS.
Seperti grup punk yang lain, The Clash memprotes gaya hidup monarki dan kaum bangsawan di
UK dan di belahan dunia lainnya. Akan tetapi, tidak seperti band punk lain, The Clash
tidak menganut sentimen nihilisme dan sebaliknya, mereka menunjukan solidaritas ke
beberapa pergerakan liberalisme yang sedang aktif di saat itu. Pemikiran politik mereka
disalurkan secara eksplisit melalui lirik, seperti lagu “White Riot” yang menganjurkan
kaum muda berkulit putih turut berpartisipasi dalam kegiatan politik seperti kaum muda
berkulit hitam, “Career Opportunities” yang memprotes tingginya angka pengangguran di UK
pada saat itu dan “London’s Burning” yang mengkritik keangkuhan partai tertentu.
Dalam satu pertunjukan Rock Against Racism yang dikoordinasi oleh Anti-Nazi League tahun
1978, Strummer memakai t-shirt kontroversi dengan tulisan “Brigate-Rosse”. Dia dikemudian
hari menjelaskankan pemakaian t-shirt tersebut bukan bertujuan mendukung teroris sayap
kiri, tetapi untuk menarik perhatian atas eksistensi mereka. Setelah itu, Strummer tetap
merasa tidak enak atas kejadian itu dan menuliskan lagu “Tommy Gun” untuk mendukung aksi
protes tanpa kekerasan.
Selain terlibat langsung dalam kegiatan Anti-Nazi League dan Rock Against Racism, The
Clash menawarkan dukungan terhadap Sandinista di Amerika Selatan.
Sewaktu pembuatan album London Calling tahun 1979, The Clash berusaha keras untuk
mempertahankan energi punk sambil meningkatkan kualitas permainan. Mereka berjaga sikap
atas ketenaran besar yang dicapai supaya tidak berjarak dengan penggemar lama, yang sering
dipersilahkan masuk ke ruang belakang setelah pertunjukan.
Titel London Calling diambil dari pernyataan penyiar Amerika “This is London Calling”
sewaktu Perang Dunia Kedua. Lagu “London Calling” menceritakan masa suram Inggris di saat
itu dan mengimbau pendengar untuk keluar dari ketergantungan narkoba dan memperjuangkan
nasib baru.
The Clash dianggap sebagai band berideologi dan berwawasan luas untuk pendengar
intelektual. Mereka tidak bekerja sepenuhnya demi uang. Meskipun di masa puncak, harga
tiket dan souvenir dijaga tetap terjangkau. Mereka mengharuskan CBS menjual double-album
London Calling dan triple-album Sandinista! dengan harga single-album yakni 5 pound pada
saat itu. CBS setuju dengan harga tersebut untuk London Calling dan mematok harga 6 pounds
untuk Sandinista, dengan syarat tanpa royalty untuk The Clash dalam penjualan 200.000 unit
pertama. Prinsip value for money ini membuat mereka berhutang ke CBS dan baru mencapai
impas pada tahun 1982.
London Calling dipandang sebagai puncak kesuksesan The Clash oleh kritikus. Selain gaya
musik punk, album ini menampilkan permainan berbagai gaya musik termasuk rockabilly,
reggae dan ska. Ska akhirnya menjadi satu pergerakan musik di Inggris dan dunia. London
Calling dianggap sebagai salah satu album rock terbaik yang pernah dibuat oleh hampir
semua media.
Triple-album Sandinista menyusul pada tahun 1980, yang terdengar The Clash memainkan lebih
banyak gaya musik, dari rockabilly, reggae dan dub sampai jazz (“Look Here”), chamber
music (“Rebel Waltz”), hip hop (“The Magnificent Seven”) sampai ke kumpulan tape loop
(“Mensforth Hill”) ala “Revolution No. 9”nya The Beatles. Fans di UK mulai bingung dan
penjualan turun akan tetapi hal yang sebaliknya terjadi di AS. Setelah Sandinista!
dirilis, The Clash memulai tur dunia pertama yang mencakup Asia dan Australia.
Tahun 1982, The Clash kembali dengan album best-selling mereka, Combat Rock, dengan dua
single populer “Rock the Casbah” dan “Should I Stay or Should I Go” yang menjebol ke Top
10AS maupun UK. Lagu “Ghetto Defendant” menampilkan pembacaan syair oleh Allen Ginsberg,
penyair Amerika dari era Beat Generation.
Setelah Combat Rock, The Clash mulai disintergrasi. Headon dipecat karena kecanduan heroin
namun secara resmi diumumkan sebagai perbedaan politik. Drummer awal Terry Chimes diajak
untuk bergabung dalam beberapa tur. Strummer dan Jones mulai bertengkar. Chimes
meninggalkan band setelah tur Combat Rock 1982-1983 dengan keyakinan band tidak dapat
berjalan lagi dengan konflik yang berlangsung. Tahun 1983, The Clash mencari drummer
secara intensif, Pete Howard di rekruit dan bermain dengan The Clash didepan audiens
terbesar yang pernah mereka alami dalam US Festival di San Bernardino. Pertunjukan
tersebut merupakan pertunjukan terakhir Mick Jones dengan The Clash.
September 1983, Strummer dan Simonon memecat Jones dengan alasan perilaku bermasalah dan
aspirasi musik yang berbeda. Kehilangan Jones berperan besar dalam kejatuhan band. Jones
kemudian membentuk Big Audio Dynamite.
Strummer dan Simonon mengadakan audisi dan merekruit gitaris muda Nick Sheppard dan Vince
White. The Clash baru memulai tur pertama pada Januari 1984 dengan materi baru dan biaya
yang ditanggung sendiri. Tur dinamakan Out of Control Tour. Secara musikal, lineup baru
ini sanggup menciptakan kembali intensitas dari lineup orisinil, namun kimiawi antara
anggota lama dan baru kurang bersinergi. Band menjalankan tur terus menerus dan menyatakan
album baru sudah siap dirilis.
Cut the Crap dirilis dengan sambutan dingin, meskipun menempati posisi lebih tinggi dari
album pertama Big Audio Dynamite di chart AS. Cut the Crap kemudian dihilangkan dari
sejarah The Clash dan hanya “This Is England” yang disertai dalam album kompilasi.
Disilusi dengan Cut the Crap, Strummer membawa band mengamen keliling Inggris dan
Skotlandia, bermain gratis dipinggir jalan dan bar. Show terakhir diadakan tahun 1985 di
Europe Festival dan setelah itu Joe Strummer membubarkan The Clash.
Album :
1977 The Clash
1978 Give 'Em Enough Rope
1979 London Calling
1980 Black Market Clash
1980 Sandinista!
1982 Combat Rock
1985 Cut the Crap
1999 From Here to Eternity Live (Live)
Single :
1977 White Riot
1977 Capital Radio One
1977 Remote Control
1977 Complete Control
1978 Clash City Rockers
1978 (White Man) In Hammersmith Palais
1978 Tommy Gun
1979 English Civil War
1979 I Fought the Law
1979 London Calling
1980 Bank Robber
1980 The Call Up
1981 Histville U.K.
1981 The Magnificent Seven
1981 This Is Radio Clash
1982 Know Your Rights
1982 Rock The Casbah
1982 Should I Stay Or Should I Go
1985 This Is England
Label:
Biografi
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar