Dua tahun lamanya berkutat dengan lagu-lagu yang sama, cukup membuat Utopia gelisah. Memang, di satu sisi, mereka cukup menikmati sukses yang diraih oleh single Baby Doll yang termuat di album Indah (2007) itu. Sebab, selain sukses yang membuat lagu itu disebut-sebut sebagai “single panjang umur”, bagi Utopia. Baby Doll merupakan pencapaian tersendiri secara musikal.
Utopia merasa bahwa Baby Doll mampu memperlihatkan sisi terangi Utopia. Satu sisi yang sangat berbeda dengan anggapan dan imaji orang selama ini terhadap band asal Bandung itu. Satu hal yang memang diniatkan sejak awal pembuatannya.
Begitupun dengan single lain macam Hujan, yang tak kalah laris manis. Atau Serpihan Hati, yang biarpun tetap menyisakan sisi gelap, tapi terdengar berbeda.
Toh, bagi Pia, vokalis Utopia, yang namanya musisi, tetap menyimpan kerinduan buat membuat sesuatu yang baru. Dalam kasus dia dan Utopia, hal itu adalah masuk studio dan mulai berkutat memroduksi album baru. Dan penantian selama dua tahun, adalah satu hal yang cukup menyiksa.
Terlebih, kisahnya lagi, Pia sebagai vokalis dan sekaligus sang pencipta lagu adalah tipe musisi yang kreativitasnya sangat bergantung pada mood. Urusan tunggu menunggu ini menjadi salah satu hal yang sangat mempengaruhi mood-nya. Walaupun dia mengaku sangat excited, ketika akhirnya tiba waktu untuk memulai kembali proses produksi, mood yang tersisa padanya adalah kembali gelap. Seperti yang pernah dirasakannya ketika membuat album Utopia (2003), dan Kekal (2004).
Hasilnya, MencintaMu Sampai Mati . Harap dicatat: bukan “mencinta-i-mu”, melainkan “mencintamu”. Hal ini awalnya tak sengaja dilakukan Pia. Dia hanya merasa bahwa kata “mencintamu” lebih pas diucapkan ketimbang “mencintaimu”. Belakangan hal itu justru muncul sebagai pembeda dengan deretan judul lagu yang selama ini sudah beredar di pasaran.
Dilepas sebagai single yang mengawali dua singel lain – yang akan termaktub dalam mini-album, tapi bisa saja tiba-tiba menjadi album penuh – Mencintamu Sampai Mati sebenarnya sudah tercipta sejak 2008.
Menurut Pia, lirik lagu ini terinspirasi oleh alur cerita dan mood sebuah film yang kala itu ditontonnya. Tak menyebut judul, adalah kisah tragis yang dialami arakter utama film itu yang menggugahnya. Kisah seorang yang rela melakukan apa saja – termasuk membunuh dan akhirnya mati – untuk orang yang dicintainya. Bagi perempuan yang hingga sekarang bertahan, tak mau pindah ke Jakarta lantaran ritme Ibukota ini dianggap mengacau mood-nya.
Bagi Utopia, pemilihan single ini sebagai jagoan merupakan kebanggaan tersendiri karena idealisme mereka dihargai dan diakomodir oleh orang lain.
Digarap di Palu Musik, dengan Pay kembali sebagai produser, buat Utopia single ini sukses menjadi penanda kembalinya “era kegelapan” yang jadi karakter dan ciri Utopia sejak awal.
“Inilah jati diri Utopia yang sebenarnya. Buat gue, single ini merupakan versi dewasa Antara Ada dan Tiada dan Serpihan Hati…,” tukas sang vokalis yang mewakili personil Utopia yang lain.
Jelas sudah. Walaupun tetap punya sisi terang, dasarnya Utopia memang gelap. Tak salah, memang. Toh, sejauh ini mereka bisa bertahan. Lalu apakah single ini mampu kembali membuat mereka menyeruak ke permukaan? Pastikan untuk segera mendengar singlenya di radio kesayangan dan siapkan kuping anda untuk jadi jurinya!
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar